Jumat, 04 September 2009

Kupu-Kupu yang Lumpuh

Suatu hari seorang guru biologi di sebuah SMP berkata pada murid-muridya, “Anak-anak, mulai hari ini kita akan mempelajari metamorfosis kupu-kupu. Sampai seminggu ke depan kita akan mengamati perkembangannya sejak berbentuk ulat sampai menjadi kupu-kupu.”

Semua murid kemudian pergi ke laboratrium dan mengamati ulat yang sudah disiapkan. Setiap hari, mereka memberi makan ulat-ulat tersebut dan mencatat perkembangannya. Beberapa hari kemudian, ulat-ulat tersebut mulai bertapa menjadi kepompong dan seminggu berikutnya mulai keluar menjadi kupu-kupu.

Semua murid begitu sangat antusias mengamati kupu-kupu muda yang berusaha keluar dari badan kepompongnya. Satu per satu mereka keluar dan terbang memamerkan sayap mereka yang cantik hingga hanya tersisa satu ekor kupu-kupu yang kesulitan keluar dari kepompong. Seorang anak yang merasa kasihan berniat menolong. Dikelupasnya kulit kepompong kupu-kupu malang tersebut hingga ia dapat keluar dengan mudah. Apa yang terjadi kemudian? Kupu-kupu tadi tidak dapat terbang sebagaimana yang lainnya. Sayapnya tidak berkembang secara sempurna dan ia hanya dapat berputar-putar di tempatnya. Ternyata cairan yang dikeluarkan dari tempatnya keluar dari tubuh lamanya selama mengelupas merupakan cairan yang dapat membuat sayapnya lurus dan mengilap. Selain itu, perjuangannya keluar dari tubuh lamanya memperkuat otot-otot tubuhnya, tertutama otot-otot disekitar sayap yang digubakan untuk terbang. Ia tidak memperoleh keduanya sehingga menjadi kupu-kupu lumpuh selamanya.

***

Ada dua hikmah yang dapat kita petik dari cerita di atas. Pertama, kita tidak boleh sembarangan mencapuri urusan orang lain, sekalipun kita bermaksud memberikan bantuan atau pertolongan kepadanya. Pada cerita di atas, pertolongan yang diberikan sang anak justru mencelakakan si kupu-kupu seumur hidupnya. Kita hendaknya mengetahui duduk persoalannya secara mendalam terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu. Kedua, jangan suka memperoleh sesuatu tanpa berusaha terlebih dahulu. Kupu-kupu di atas memperoleh kebebasannya dari tubuh kepompong secara mudah karena dibantu orang lain. Akibatnya, otot-ototnya menjadi lemah karena belum terlatih. Akibatnya, ia tidak dapat terbang. Dalam kehidupan sehari-hari, keadaan yang serba mudah akan melemahkan mental kita. Kita tidak akan terbiasa menghadapi segala persoalan hidup. Ketika semua bantuan yang biasa kita terima tidak dapat lagi diperoleh, kita akan hancur dengan cepat karena kita tidak lagi mempunyai kekuatan untuk menghadapi hidup. Kekuatan yang yang kita manfaatkan selama ini merupakan kekuatan orang lain sehingga kekuatan diri kita tidak berkembang dengan baik.