Sabtu, 12 November 2016

Analisis Sederhana Membludaknya Peserta Aksi Damai 4 November 2016

Aksi damai 4 November 2016 diikuti oleh ratusan ribu orang. Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah sebenarnya meskipun media-media menyebutkan angka 150 sampai 200 ribu orang. Bahkan ada yang menyebut jumlahnya sampai jutaan, termasuk yang dilakukan di berbagai daerah di luar Jakarta. Sebuah angka yang fantastis karena meleset jauh dari data perkiraan intelijen yang hanya berkisar 18 sampai 30 ribu orang. Hal tersebut sudah diakui sendiri oleh Presiden Joko Widodo.
 
Aksi Damai 4 November 2016

Kesalahan data intelijen tersebut sungguh memalukan untuk negara sebesar Indonesia. Intelijen mengira bahwa yang akan ikut aksi damai hanya anggota dan simpatisan ormas tertentu saja. Mereka lupa bahwa yang berkepentingan adalah umat Islam secara umum karena berurusan dengan penistaan Al Quran.

Seharusnya, mereka mencermati pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. K.H. Said Agil Siroj seminggu sebelumnya (Jumat, 28 Oktober 2016) bahwa pernyataan Ahok telah membangkitkan "macan tidur". Beliau tentu tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah "macan tidur" tersebut.

Minggu, 24 Juli 2016

Tak Putus Dirundung Longsor : Faktor Ekonomi Yang Luput dalam Mitigasi Bencana Longsor Purworejo

Bencana alam melanda sejumlah desa di Kabupaten Purworejo pada Sabtu, 18 April 2016. Hujan yang mengguyur sangat deras sejak siang hari menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir di berbagai tempat. Sekitar 43 orang dinyatakan tewas/hilang, beberapa korban luka, puluhan rumah rusak atau hancur, dan kerugian puluhan miliar rupiah.

Gambar 1. Longsor di Desa Donorati
Longsor terjadi di beberapa desa, antara lain di Desa Pacekelan, Sidomulyo, Donorati (ketiganya di Kecamatan Purworejo), Jelok (Kaligesing), dan Krangrejo (Loano). Pada kesempatatan kali ini, saya hanya akan membahas longsor di Donorati dan Karangrejo, karena merupakan kampung halaman saya dan masih di jalur perbukitan yang sama. Ada 4 titik longsor besar di sepanjang jalur Purworejo – Caok – Donorati – Sudimoro. Kriteria “besar” versi saya disini adalah tanah longsor setidaknya sampai menutupi jalan dan memutus akses transportasi. Masih ada beberapa titik longsor kecil yang tidak sampai merusak jalan atau menimbulkan kerugian lain selain tanah dan pohon-pohon yang hanyut terbawa longsor. Adapun rincian  titik-titik longsor besar adalah sebagai berikut:

1.    Dusun Caok Kulon, Desa Karangrejo, Kecamatan Loano
Lokasi GPS    : @-7.689386,110.046662
Korban Jiwa        : 17 orang ditemukan meninggal dan 1 orang luka-luka.
Kerugian        : 4 rumah tertimbun, 1 buah truk dan 13 motor tertimbun.
Kronologi       : Selepas magrib, terdapat longsoran kecil yang menutupi sebagian badan jalan. Sebuah truk yang hendak melintas tertahan material longsor sehingga sopir dan kernet berinisiatif membersihkan material longsor. Sementara itu, beberapa pemotor, yang pada umumnya sedang pulang kerja, terpaksa berhenti di belakang truk karena jalan terhalang truk dan material longsor. Sebagian besar ikut membantu membersihkan material longsor. Tiba-tiba longsor yang jauh lebih besar menghantam mereka beserta truk dan motornya. Korban longsor di sini bukan hanya penduduk setempat, tetapi juga dari desa-desa lain seperti Donorati, Tlogorejo, Sudimoro, dan Remun.
Gambar 2. Lokasi Caok Kulon Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View)
Gambar 3. Lokasi Caok Kulon Sesudah Longsor 
Gambar 4. Lokasi Caok Kulon Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View)

Gambar 5. Lokasi Caok Kulon Sesudah Longsor 


Minggu, 10 Juli 2016

Surat Terbuka untuk BPJS Kesehatan : Mengapa Orang Miskin (masih) Dilarang Sakit?

Kepada Yth:
1. Jajaran Direksi BPJS Kesehatan Republik Indonesia
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
3. Segenap Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia beserta para anggota,
 khususnya Komisi IX (Bidang Kesehatan dan Ketenagakerjaan)
4. Presiden Republik Indonesia

Bapak/Ibu yang terhormat. Pada saat peluncuran program BPJS Kesehatan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (saat itu) mengatakan bahwa tujuan utama program ini adalah agar tidak ada lagi orang miskin yang ditolak atau diusir dari rumah sakit karena ketiadaan biaya. Akan tetapi, dalam praktiknya saat ini tujuan mulia tersebut belum terlaksana. Penolakan dan pengusiran rumah sakit kepada pasien miskin masih sering menghiasi headline media massa kita. Salah seorang rekan kami, peserta BPJS Kesehatan, pun mengalami hal yang demikian, bahkan hingga ajal menjemputnya. Perkenankanlah kami paparkan lika-liku lengkapnya sebagai berikut.

---****---

Sejak akhir Maret 2016, salah seorang rekan kerja kami yang berinisial AS sering mengeluh kurang enak badan, kepala pusing, dan mudah capek. Karena dikira hanya masuk angin biasa, pengobatan hanya dilakukan dengan kerokan dan minum obat warung. Pada tanggal 11 sampai 14 April 2016, mulai timbul gejala – gejala, seperti nyeri kepala hebat, tangan dan kaki terasa lemas, penglihatan ganda, wajah sebelah kiri mati rasa, dan bentuk wajah tidak simetris. AS masih masuk kerja sampai tanggal 14 April 2016 karena (sekali lagi) masih menganggap penyakit biasa. Atas bujukan rekan-rekan kerja, pada tanggal 14 April 2016, AS memeriksakan diri ke poliklinik pabrik. Diagnosis awal dari dokter poliklinik adalah stroke ringan atau Transient Ischemic Attack (TIA).

Jumat, 15 April 2016, AS memeriksakan diri ke Ciputra Hospital, Citra Raya, Tangerang diantar oleh istrinya menggunakan sepeda motor. Ia menggunakan fasilitas asuransi kesehatan yang diberikan oleh perusahaan. Sayangnya, benefit asuransi untuk rawat jalannya sudah habis. Padahal harus dilakukan CT Scan untuk diagnosis detail penyakitnya yang memerlukan biaya cukup mahal. Ia pun pulang ke rumah tanpa mendapatkan penanganan.

Sabtu, 16 April 2016, AS meminta bantuan salah seorang rekan kami yang memiliki mobil untuk mengantarkan ke RS Siloam Karawaci Tangerang karena sakit kepala semakin tak tertahankan dan tidak kuat kalau naik motor. Atas usaha berbagai pihak, AS dirawat inap di RS Siloam dan hasil diagnosis lanjutan disimpulkan ada tumor di belakang hidungnya. Pada 19 April 2016 dilakukan operasi pengambilan sampel untuk mengetahui tingkat keganasannya dan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kanker ganas di belakang hidungnya. Sayang seribu sayang, benefit rawat inap asuransinya pun sudah habis karena pada awal Februari 2016, ia sempat sakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Dengan sangat terpaksa, keluarga membawanya pulang karena tidak mampu membayar sendiri biaya rumah sakit. AS kemudian beralih menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat.

Minggu, 12 Juni 2016

Tips Menjadi Bahagia ala Orang Korea

Dalam postingan sebelumnya, saya menulis mengenai faktor-faktor pendukung kemajuan Korea Selatan. Salah satu faktor tersebut adalah etos kerja yang sangat tinggi. Selain membawa dampak positif terhadap kemajuan bangsanya, ternyata juga membawa dampak negatif, yakni yakni tingkat stress yang tinggi dan indeks kebahagiaan yang rendah. Pada tahun 2016 ini, Korea Selatan hanya menempati posisi ke-58 Indeks Kebahagiaan Dunia dengan 5.835 poin, tidak terlalu jauh dengan Indonesia yang ada diperingkat ke-79 (5.314 poin), tapi terpaut cukup jauh dengan Denmark yang ada di posisi pertama (7.526 poin).

Pemerintah dan masyarakat Korea Selatan nampaknya menyadari masalah tersebut. Kampanye-kampanye untuk meningkatkan indeks kebahagiaan mulai digalakkan, terutama di perusahaan, pabrik, dan perkantoran, dengan membatasi jam kerja lembur dan melarang karyawan untuk lembur sama sekali pada hari-hari tertentu. Pada hari dimana karyawan wajib pulang tepat waktu, biasanya seminggu sekali pada Hari Rabu, diharapkan mereka mengisi waktunya dengan melakukan hobi yang disenanginya atau berkumpul dengan keluarga tercinta. Oleh karena itu, hari khusus tersebut biasa disebut sebagai Hobby Day atau Family Day.

Tips-tips untuk membuat diri sendiri bahagia juga diselipkan dalam materi pelatihan (training), workshop, dan seminar. Saya pernah menerima materi tips menjadi bahagia (the way to make yourself be happy) saat mengikuti suatu workshop. Tips ini saya peroleh dari Mr. Sungkeun Seo, salah seorang eksekutif LG Corp. Gambar-gambar ilustrasi saya ambil dari materi presentasi beliau.

Senin, 18 April 2016

Belajar dari Kesuksesan Korea Selatan : Strategi Pembangunan yang Jitu dan Mentalitas yang Maju

Ada satu tema yang menggelitik (dan memalukan) saat berbincang-bincang dengan orang Korea (Selatan), yakni hari proklamasi kemerdekaan. Tahukah Anda kalau proklamasi kemerdekaan Indonesia dan Korea hanya selisih dua hari saja? Proklamasi kemerdekaan Korea adalah tanggal 15 Agustus 1945 sedangkan Indonesia 17 Agustus 1945. Satu lagi faktanya, Korea dan Indonesia sama-sama memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Jepang. Akan tetapi, kalau kita bandingkan kondisi Indonesia dan Korea saat ini bagaikan bumi dan langit. Korea dengan segala kemajuannya berhasil menjadi negara sangat berpengaruh di dunia di berbagi bidang. Di bidang politik internasional, sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini dijabat oleh Ban Ki-Moon yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Korea Selatan. Di bidang ekonomi, Korea Selatan merupakan salah sat negara anggota G20 dan produk domestic bruto (GDP)-nya adalah yang terbesar ke-11 di dunia. Di bidang budaya, K-Pop dan K-Drama menyebar secara luas ke seluruh dunia, sebuah fenomena yang disebut sebagai Korean Wave. Di bidang teknologi pun sangat mentereng. Samsung adalah produsen smartphone terbesar di dunia saat ini. Korea Selatan juga merupakan negara dengan kecepatan internet tercepat di dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Kita masih disibukkan dengan konflik horizontal dan kegaduhan politik yang tidak pernah ada juntrungnya.

Bendera Korea Selatan
Pada awal-awal masa kemerdekaan, Korea dan Indonesia menghadapi masalah yang sama, yakni kemiskinan dan berbagai macam pemberontakan. Bahkan, Korea terpisah menjadi 2 pada tahun 1948 menjadi Republic of Korea (South Korea) dan Democratic People’s Republic of Korea (North Korea). Indonesia beruntung tidak sampai terpecah belah walaupun mengalami berbagai macam pemberontakan. Penduduk Korea bahkan banyak yang mengalami kelaparan saat itu. Indonesia pun menghadapi problem kemiskinan yang rumit setelah dijajah selama ratusan tahun. Ada satu perbedaan mencolok antara Korea dan Indonesia, yakni Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam sedangkan Korea hampir tidak punya. Akan tetapi, bangsa Korea tidak mudah menyerah oleh kondisi alam dan geografis yang tidak menguntungkan. Mereka berusaha memaksimalkan sumber daya yang terbatas hingga berhasil menjadi negara maju seperti saat ini.

Minggu, 27 Maret 2016

Stop Eksploitasi Anak! Heal The World We Live In, Save It For Our Children

Beberapa hari terakhir ini, media massa nasional kembali mengangkat berita mengenai eksploitasi anak. Hal itu terjadi setelah pada Hari Kamis (24/3/2016) Polres Jakarta Selatan menangkap 4 orang pelaku eksploitasi anak di sekitar Blok M. Para pelaku menyewakan anak untuk dipaksa mengemis, mengamen, atau menjadi joki 3 in 1. Jika menolak, mereka akan dipukul atau ditampar. Salah satu korban eksploitasi bahkan bayi berusia 6 bulan. Bayi tersebut dibawa mengemis agar orang-orang yang melihatnya merasa iba dan memberi banyak uang. Bayi akan diberi obat penenang agar tidak rewel saat diajak mengemis.

Beragam reaksi masyarakat atas muncul atas berita penangkapan pelaku eksploitasi anak tersebut, terutama para netizen. Umumnya mereka bersyukur atas penangkapan tersebut, tetapi juga menyayangkan mengapa baru sekarang dilakukan. Kasus eksploitasi anak untuk tujuan ekonomi seperti itu memang bukan hal baru. Hampir di semua kota besar di Indonesia dapat kita temui ibu-ibu mengemis dengan mengendong anak kecil yang tidak pernah menangis atau anak-anak mengamen dengan menyodorkan amplop kecil bertuliskan permintaan belas kasihan untuk biaya hidup dan sekolah. Tempat bereka beroperasi biasanya di bis kota, terminal, halte, stasiun, dan perempatan jalan yang ramai.

Sebagai orang yang tinggal di kota besar, tepatnya Serpong, Tangerang Selatan, saya pun sering menyaksikan pemandangan di atas. Akan tetapi, baru sekali ini memergoki “pengasuh”nya. Dua hari sebelum kasus ini ramai diberitakan, Selasa (22/3/2016) sekitar pukul 06.20 saya menyaksikan langsung praktik eksploitasi anak di perempatan German Center, BSD. Seperti  biasa, saya menunggu bus jemputan kantor di halte sebelah Lapangan Sunburst. Di sebelah saya ada seorang ibu paruh baya. Awalnya saya mengira ibu tersebut sedang menunggu bus atau angkot. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia sekitar 4 ~ 5 tahun menghampiri dan memanggilnya “Mami” sambil menyerahkan segepok amplop. Si anak berkata dengan nada takut bahwa ia baru dapat sedikit. Saya tidak ingat persis kata-kata si anak karena sangat terkejut. Si ibu menggumamkan sesuatu sambil memasukkan amplop-amplop ke dalam tas cokelat yang dibawanya kemudian mengambil segepok amplop yang lain. Sejurus kemudian ia menyerahkan amplop-amplop yang baru tersebut ke si anak. Si anak langsung kembali ke perempatan menyelip di antara mobil-mobil yang sedang berhenti di lampu merah. Saat itu, saya sudah sadar dari keterkejutan dan menyadari bahwa peristiwa barusan adalah salah satu bentuk eksploitasi anak. Saya sempatkan untuk memotret si anak walau sudah menjauh. Si ibu juga berhasil saya ambil gambarnya. Dengan diam-diam tentunya. Tak lama kemudian bus jemputan datang. Ketika saya sudah duduk di dalam bis, saya sempatkan untuk menengok si ibu. Saya terkejut untuk kedua kalinya. Di samping si ibu duduk ada seorang anak perempuan sedang tertidur lelap di bangku halte. Pakaian dan tubuhnya tampak kotor. Sayang, saya tidak sempat memotretnya karena bus keburu jalan.

Minggu, 20 Maret 2016

Awas!!! Penipuan Modus Tebar Kupon Di Depan Rumah Marak Lagi

Sabtu pagi (3/19) kemarin, saya menemukan sesuatu yang tidak biasa saat pertama keluar rumah untuk sekedar menghirup udara pagi. Begitu membuka pintu depan, mata saya langsung tertuju pada sebuah bungkusan plastik kecil berukuran sekitar 3 cm x 6 cm. Karena penasaran, saya langsung mengambilnya. Bungkusannya sangat rapi dan didalamnya  terdapat kertas yang dilipat begitu rapi pula. Semakin penasaran, saya pun membuka bungkus plastiknya. Didalamnya terdapat 2 carik kertas dan 1 buah kupon. Satu kertas adalah surat pemberitahuan pemenang yang menerangkan bahwa siapapun yang menemukan kupon tersebut mendapatkan hadiah 1 unit mobil Toyota Avanza dari PT Harum Alam Segar selaku produsen Top Kopi. Sementara itu, satu kertas lain merupakan surat izin penyelenggaraan acara dari Polda Metro Jaya. Di situ juga dicantumkan pejabat-pejabat yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut, antara lain Dr. Naldy Suparman (direktur PT Harum Alam Segar), Kombes Pol Drs. Diki Riansyah, S.H., M.Hum. (Dirlantas Polda Metro Jaya), Dra. Hj. Resti Ayunita (Departemen Sosial), dan Drs. M. Irwanto, S.H. (notaris/pengacara).
Kupon di letakkan di depan pintu rumah

Minggu, 13 Maret 2016

Fenomena Maraknya Sharing Berita Hoax : Dari Malas Berpikir Sampai Fanatik Buta

Media sosial (medsos) berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. Saat ini, fungsi tidak hanya sebagai ajang pertemanan saja, tetapi juga sebagai media berbagi informasi (sharing), ajang promosi bisnis, sampai kampanye politik. Sayang, tidak semua kegiatan di atas beraroma positif. Saat musim kampanye legislatif, presiden, gubernur, bupati, atau walikota, pendukung calon-calon yang bertarung banyak memanfaatkan medsos  untuk saling menyerang dan menjatuhkan lawan, bahkan cenderung kepada kampanye hitam (black campaign). Salah satu cara yang paling sering digunakan adalah dengan membagi (share) berita, artikel, atau status yang menguntungkan pihaknya dan menyerang pihak lawan. Sialnya, apa yang mereka sebar dan bagikan banyak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Masyarakat Indonesia memang sangat mudah tenggelam dalam euforia terhadap sesuatu yang sedang menjadi trending topic. Saat menjelang pemilu, hampir semua orang akan tenggelam dalam hingar bingar kampanye. Ketika piala dunia sedang berlangsung, sepak bola akan menjadi topik yang dibahas oleh berbagai kalangan. Begitu pula ketika ada gejolak atau fenomena tertentu di masyarakat. Berkat medsos, kejadian kecil pun bisa booming hingga seluruh pelosok negeri. Berawal dari hingar bingar semacam inilah para pengguna medsos mulai rajin untuk berbagi informasi mengenai topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Lama-kelamaan, beberapa orang pun berusaha untuk “menciptakan” trending topic sendiri. Apapun yang menurutnya menarik, akan dibagikan di akun medsos miliknya tanpa dicek terlebih dahulu kebenaran informasinya.

Senin, 22 Februari 2016

Fenomena Money Game :Ketika Si Malas dan Si Culas Bertemu

Dalam beberapa tahun belakangan, pemberitaan mengenai investasi bodong cukup marak di Indonesia. Salah satu contoh yang paling heboh adalah MMM (Manusia Membantu Manusia/Mavrodi Mondial Moneybox). Kasus terakhir adalah D4F (Dream for Freedom). Sejak Selasa (16/2) situs resminya offline. Otomatis pembayaran profit buat pesertanya pun mandek. Hal serupa pernah terjadi pada MMM tahun lalu.

Penawaran investasi bodong marak dalam 10 tahun terakhir dalam berbagai bentuk. Mulai dari janji pencairan harta karun Bung Karno/harta revolusi, koperasi gadungan, investasi untuk menanam pohon tertentu, investasi emas dengan harga di atas harga pasaran, jual beli e-book yang tidak berharga, money game berkedok MLM, sampai terang-terangan mengaku money game. Dari berbagai macam bentuk investasi bodong tersebut, money game adalah cara yang paling banyak dipakai untuk melakukan penipuan investasi bodong. MMM dan D4F merupakan penipuan dengan bentuk money game.

Money game menggunakan skema yang disebut Skema Ponzi atau Skema Piramida. Istilah lainnya adalah arisan berantai atau member get member. Cara kerjanya sebenarnya sederhana dan mudah dipahami semua orang. Untuk bergabung, kita diharuskan untuk mentransfer sejumlah uang ke member yang sudah bergabung terlebih dahulu dan menjadi ‘atasan’ (upline) kita. Kita diharuskan untuk mentransfer sampai beberapa level upline (biasanya 3 ~5 level). Selanjutnya ada yang mengharuskan kita mencari member baru untuk menjadi ‘bawahan’ (downline). Semakin banyak kita mendapatkan downline semakin cepat dan semakin banyak ‘hasil investasi’ yang kita dapatkan. Ada pula yang member barunya direkrut by sistem. Cara yang terakhir tidak mengharuskan kita merekrut downline. Kita akan mendapat jatah downline setiap kali ada member baru bergabung.

Disebut money game karena uang hanya berputar-putar pada member saja tanpa diinvestasikan pada bisnis riil untuk menghasilkan laba. Sistem ini akan cepat runtuh karena semakin lama akan semakin sulit mencari member baru, sementara tagihan semakin membengkak. Kalau sudah begini, pelaku Ponzi akan mecari-cari alasan untuk menutup sistemnya dan kabur dengan membawa aset besar yang telah dikumpulkan. Siapa yang untung dan siapa yang rugi? Yang untung adalah perusahaan yang membuat sistem Ponzi dan segelintir member yang bergabung saat awal sistem dibuka. Yang rugi adalah sebagian besar member yang bergabung belakangan.

Minggu, 14 Februari 2016

Pentingnya Pendidikan Kewajiban Asasi Manusia (KAM) dan Tanggung Jawab Asasi Manusia (TAM) untuk Mencegah Konflik Horisontal di Indonesia

Indonesia adalah negara multikultural terbesar di dunia dengan keanekaragaman dalam berbagai hal, mulai dari suku bangsa, budaya, hingga agama. Kebhinekaan tersebut bagaikan dua sisi mata uang yang saling berlawanan. Di satu sisi, perbedaan merupakan suatu rahmat agar kita bisa saling mengenal dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi, di sisi lain, perbedaan seringkali melahirkan friksi dan gesekan horisontal yang mengancam keutuhan bangsa. Berbagai kasus konflik harisontal berskala besar pernah terjadi di tanah air. Sejak era reformasi, kita sudah beberapa kali mengalami konflik horisontal berskala besar seperti konflik Ambon, konflik Poso, konflik Sambas, konflik Lampung Selatan, dan kasus terbaru adalah kasus yang terjadi di Tolikara, Papua. Belum lagi ratusan konflik berskala yang lebih kecil yang seringkali menghiasi pemberitaan media di tanah air.

Konflik terjadi akibat adanya kepentingan manusia dan upaya pemenuhan kepentingan itu bersinggungan dengan kepentingan orang atau kelompok manusia lain. Ketidakpahaman terhadap kepentingan sesama individu maupun kelompok masyarakat melahirkan sikap intoleransi terhadap individu atau kelompok lain. Hal ini diperparah oleh kesadaran berbangsa dan bernegara yang rendah. Konflik-konflik horisontal seperti itu tidak seharusnya terjadi di negara yang mempunya semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan tersebut bermakna bahwa keanekaragaman yang dimiliki Bangsa Indonesia adalah sebagai pemersatu bukan pemecah belah. Oleh karena itu, konflik-konflik serupa tidak boleh lagi terjadi di masa mendatang. Pemahaman mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab kita sebagai bangsa multikultural harus ditanamkan sejak dini pada masyarakat Indonesia, salah satunya melalui kurikulum pendidikan formal di sekolah atau kampus. Hal itu sejalan dengan program revolusi mental yang digaungkan pemerintah saat ini. Mental bangsa Indonesia harus diubah agar tidak hanya bisa menuntut hak tetapi juga mampu menjalankan kewajiban dan mengemban tanggung jawab dengan baik.

Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang sekolah dasar dan menengah hampir tidak memuat materi tentang Kewajiban Asasi Manusia (KAM) dan Tanggung Jawab Asasi Manusia (TAM). Titik berat pembelajaran hanya pada Hak Asasi Manusia (HAM), seperti pengertian HAM, hak dan kewajiban individu, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen HAM nasional dan internasional, serta perlindungan dan penegakan HAM. KAM dan TAM juga disinggung dalam kurikulum tersebut, tetapi dalam porsi yang sangat kecil. Padahal, untuk menciptakan masyarakat yang bebas, adil, dan damai, hak dan tangung jawab harus disejajarkan kepentingannya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran mengenai KAM dan TAM sudah saatnya mendapat porsi lebih banyak.