Bencana
alam melanda sejumlah desa di Kabupaten Purworejo pada Sabtu, 18 April 2016. Hujan
yang mengguyur sangat deras sejak siang hari menimbulkan bencana tanah longsor
dan banjir di berbagai tempat. Sekitar 43 orang dinyatakan tewas/hilang,
beberapa korban luka, puluhan rumah rusak atau hancur, dan kerugian puluhan
miliar rupiah.
Gambar 1. Longsor di Desa Donorati |
Longsor
terjadi di beberapa desa, antara lain di Desa Pacekelan, Sidomulyo, Donorati
(ketiganya di Kecamatan Purworejo), Jelok (Kaligesing), dan Krangrejo (Loano). Pada
kesempatatan kali ini, saya hanya akan membahas longsor di Donorati dan
Karangrejo, karena merupakan kampung halaman saya dan masih di jalur perbukitan
yang sama. Ada 4 titik longsor besar di sepanjang jalur Purworejo – Caok –
Donorati – Sudimoro. Kriteria “besar” versi saya disini adalah tanah longsor
setidaknya sampai menutupi jalan dan memutus akses transportasi. Masih ada
beberapa titik longsor kecil yang tidak sampai merusak jalan atau menimbulkan
kerugian lain selain tanah dan pohon-pohon yang hanyut terbawa longsor. Adapun
rincian titik-titik longsor besar adalah
sebagai berikut:
1. Dusun Caok Kulon, Desa Karangrejo,
Kecamatan Loano
Lokasi GPS : @-7.689386,110.046662
Korban Jiwa : 17 orang ditemukan meninggal dan 1 orang luka-luka.
Kerugian : 4 rumah tertimbun, 1 buah truk dan 13 motor tertimbun.
Kronologi : Selepas magrib, terdapat longsoran
kecil yang menutupi sebagian badan jalan. Sebuah truk yang hendak melintas
tertahan material longsor sehingga sopir dan kernet berinisiatif membersihkan
material longsor. Sementara itu, beberapa pemotor, yang pada umumnya sedang
pulang kerja, terpaksa berhenti di belakang truk karena jalan terhalang truk
dan material longsor. Sebagian besar ikut membantu membersihkan material
longsor. Tiba-tiba longsor yang jauh lebih besar menghantam mereka beserta truk
dan motornya. Korban longsor di sini bukan hanya penduduk setempat, tetapi juga
dari desa-desa lain seperti Donorati, Tlogorejo, Sudimoro, dan Remun.
Gambar 2. Lokasi Caok Kulon Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
|
|
Gambar 5. Lokasi Caok Kulon Sesudah Longsor |
2. Perbatasan Dusun Caok Wetan (Desa
Karangrejo, Kecamatan Loano) dengan Dusun Panggulan (Desa Donorati, Kecamatan
Purworejo)
Lokasi GPS : @-7.6892567,110.0556174
Korban Jiwa : -
Kerugian : tugu batas desa yang baru dibangun hilang
Kronologi : Longsor terjadi sekitar pukul 19.00 dan
menghanyutkan tugu batas Desa Donorati dan Desa Karangrejo yang sedang
dibangun. Tidak ada rumah yang rusak maupun korban jiwa di titik ini.
Gambar 6. Lokasi Perbatasan Desa Donorati - Karangrejo Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
Gambar 7. Lokasi Perbatasan Desa Donorati - Karangrejo Sesudah Longsor |
3. Perbatasan Dusun Panggulan dengan
Dusun Donorati (Desa Donorati, Kecamatan Purworejo)
Lokasi GPS : @-7.6913152,110.0609353
Korban Jiwa : -
Kerugian : 4 rumah tertimbun dan 2 rumah rusak berat
Kronologi : Banjir lumpur mulai memasuki
rumah-rumah penduduk sekitar pukul 18.30. Penduduk yang rumahnya terkena banjir
lumpur langsung berinisiatif mengungsi ke balai desa setempat tanpa sempat
menyelamatkan barang berharganya. Longsor besar terjadi sekitar pukul 19.00
menimbun 4 rumah dan menghancurkan 2 lainnya, tetapi tidak sampai menimbukan
korban jiwa.
Gambar 8. Lokasi Perbatasan Dusun Panggulan - Donorati Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
Gambar 9. Lokasi Perbatasan Dusun Panggulan - Donorati Sesudah Longsor |
Gambar 10. Lokasi Perbatasan Dusun Panggulan - Donorati Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
Gambar 11. Lokasi Perbatasan Dusun Panggulan - Donorati Sesudah Longsor |
Gambar 12. Rumah Bapak Kemat Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
Gambar 13. Rumah Bapak Kemat Sesudah Longsor |
4. Dusun Donorati, Desa Donorati,
Kecamatan Purworejo
Lokasi GPS : @-7.6946661,110.0644372
Korban Jiwa : 12 orang ditemukan meninggal, 2 orang tidak ditemukan, dan 2
orang luka-luka.
Kerugian : 6 rumah tertimbun dan 3 rumah rusak berat
Kronologi : Titik longsor yang satu ini adalah yang
paling tidak diduga sebelumnya. Rumah-rumah penduduk berada di sebelah utara
sungai sedangkan lereng terjal berada di sebelah selatan sungai. Jarak rumah
terdekat dengan sungai sekitar 50 meter. Secara logika awam, jika longsor
terjadi pada tebing sebelah selatan sungai, material longsor akan jatuh ke
sungai di kaki lereng dan hanyut bersama arus sungai. Tetapi logika manusia
tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Berton-ton material longsor jatuh ke bawah
dan muncrat ke arah yang berlawanan sehingga menghancurkan rumah-rumah dan
mengubur seluruh penghuninya. Kronologi ini diperoleh dari fakta posisi
ditemukannya korban terlempar jauh ke arah utara dibandingkan posisi rumahnya.
Selain itu, pohon-pohon yang sebelumnya tumbuh di tepi sungai ditemukan
terlempar jauh ke arah utara (arah rumah penduduk). Peristiwa yang terjadi selepas
magrib menimbulkan banyak korban jiwa karena sebagian besar orang sedang
berkumpul di rumah menikmati buka puasa.
Gambar 14. Lokasi Desa Donorati Sebelum Longsor (Courtesy: Google Street View) |
Gambar 15. Lokasi Desa Donorati Sesudah Longsor |
Gambar 17. Lokasi Desa Donorati Sesudah Longsor |
Longsor di Dusun Caok Kulon, Desa Karangrejo, Kecamatan Loano memang
mengejutkan karena tidak pernah terjadi sebelumnya. Akan tetapi, di Desa
Donorati longsor bukanlah peristiwa langka. Hampir setiap lima tahun sekali
terjadi longsor yang cukup besar meskipun selama ini tidak pernah menimbulkan
korban jiwa maupun merusak rumah penduduk. Pada tahun 1996 longsor sempat
mengancurkan bangunan SDN Donorati sehingga kami harus bersekolah di sekolah
darurat. Untungnya peristiwa tersebut terjadi pada malam hari sehingga tidak
ada korban jiwa. Peristiwa longsor yang menimbulkan korban jiwa terjadi pada
sekitar tahun 1983 atau 1984 (berdasarkan cerita orang tua). Saat itu, seorang
penduduk hanyut terbawa longsor di lokasi no. 2 di atas.
|
Peristiwa-peristiwa longsor sebelumnya selalu terjadi pada puncak musim
penghujan, antara Bulan November sampai Februari. Namun, longsor kali ini
terjadi pada Bulan Juni yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Hal tersebut
terjadi akibat fenomena cuaca La Nina yang sudah diprediksi oleh Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya. Fenomena La Nina
diprediksi berlangsung hingga Bulan September 2016. Curah hujan yang tinggi di
waktu yang tidak biasanya membuat penduduk harus ekstra waspada. Setelah
longsor terjadi, penduduk selalu merasa was-was jika hujan deras terjadi.
Sebagian dari mereka pun mengungsi ke tempat aman.
Desa Donorati memang salah satu desa yang dikategorikan rawan longsor di
Kabupaten Purworejo karena kontur tanah yang miring dan jenis tanah yang
gembur. Selain itu, kondisi lahan yang gundul juga memperbesar faktor penyebab
longsor. Banyak pohon-pohon besar yang sudah ditebang karena tuntutan kebutuhan
hidup. Sebagian besar penduduk desa yang hanya bermata pencaharian sebagai
buruh, pedagang, dan petani kecil menjadikan hewan ternak (umumnya kambing) dan
tanaman keras sebagai dana cadangan saat ada kebutuhan mendesak. Menjelang
lebaran dan kenaikan kelas anak sekolah seperti Bulan Juli lalu, kebutuhan
rumah tangga penduduk pun otomatis meningkat. Alhasil, banyak pohon yang dijual
dan ditebang untuk memenuhinya.
Faktor ekonomi penduduk inilah yang sering luput diperhatikan oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo saat melaksanakan
mitigasi bencana. Mitigasi bencana yang dilakukan hanyalah sosialisasi,
simulasi, dan pemasangan rambu-rambu. Wacana relokasi yang dilontarkan oleh
BPBD juga ditanggapi dingin oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat memilih
bertahan tinggal di tempatnya sekarang daripada harus direlokasi. Pilihan yang
bisa dimaklumi mengingat mata pencaharian mereka yang terikat dengan lahan yang
mereka miliki, seperti petani dan penderes aren.
Beberapa kali Pemerintah Kabupaten Purworejo mengeluhkan penebangan
hutan sebagai penyebab longsor. Akan tetapi, tidak ada langkah konkrit yang
dilakukan selain sosialisasi dan pemasangan rambu rawan bencana. Pemberdayaan ekonomi
masyarakat sudah selayaknya menjadi titik fokus Pemerintah Kabupaten Purworejo
untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor di daerah-daerah rawan. Sasaran pemberdayaan
ekonomi yang paling tepat adalah kaum ibu yang sebagian besar hanya sebagai ibu
rumah tangga. Mereka bisa diajarkan beragam keterampilan agar produktif secara
ekonomi. Keterampilan yang diajarkan haruslah dengan bahan-bahan yang mudah
didapat di desa. Contohnya adalah kerajinan dari bambu atau pengolahan kimpul (sejenis talas) menjadi makanan
bernilai ekonomis tinggi, seperti kripik, kue, dan lapis. Pendistribusian dan
pemasaran hasil kerajinan juga harus diajarkan agar roda perekonomian terus
berputar.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat akan lebih efektif untuk mengurangi
penggundulan hutan daripada sekedar sosialisasi dan pemberian bibit pohon. Jika
masyarakat punya penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan
anak, menggelar hajatan, dan punya tabungan untuk kebutuhan mendadak, menebang
pohon akan dijadikan solusi terakhir untuk memenuhi kebutuhan mereka.
saya ibu irma seorang TKI DI SINGAPURA
BalasHapuspengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos
sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan susah
gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak
kebetulan saya buka-bukan internet mendapatkan
nomor MBAH SERO katanya bisa bantu orang melunasi hutang
melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah terpaksa saya
hubungi dan minta angka bocoran SINGAPURA
angka yang kemarin di berikan 4D yaitu 6377 TGL 01-09-2016
ternyata betul-betul tembus 100% alhamdulillah dapat Rp.250.juta dalam bentuk uang indo bagi saudarah-saudarah di indo maupun di luar negeri
apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas
jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah
ini nomor hp -> (-082-370-357-999-) MBAH SERO
demikian kisah nyata dari saya tampah rekayasa
atau silahkan buktikan sendiri..