Aksi damai 4 November 2016 diikuti oleh ratusan ribu orang. Tidak
ada yang tahu pasti berapa jumlah sebenarnya meskipun media-media menyebutkan
angka 150 sampai 200 ribu orang. Bahkan ada yang
menyebut jumlahnya sampai jutaan, termasuk yang dilakukan di berbagai daerah di
luar Jakarta. Sebuah
angka yang fantastis karena meleset jauh dari data perkiraan intelijen yang hanya berkisar 18 sampai 30 ribu orang. Hal tersebut sudah
diakui sendiri oleh Presiden Joko Widodo.
Kesalahan
data intelijen tersebut sungguh memalukan untuk negara sebesar Indonesia.
Intelijen mengira bahwa yang akan ikut aksi damai hanya anggota dan simpatisan ormas tertentu saja. Mereka lupa bahwa yang berkepentingan adalah
umat Islam secara umum karena berurusan dengan penistaan Al Quran.
Seharusnya,
mereka mencermati pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. K.H. Said Agil Siroj seminggu sebelumnya (Jumat,
28 Oktober 2016) bahwa pernyataan Ahok telah membangkitkan "macan
tidur". Beliau tentu tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan tersebut.
Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah "macan tidur" tersebut.