Jumat, 07 Agustus 2009

Dahsyatnya Kata-Kata

Suatu hari, seorang jenderal besar di kota Romawi berkunjung ke seorang dukun terkenal. Sang jenderal bermaksud meminta “azimat” atau “mantra bertuah” dari sang dukun agar ia bisa kebal senjata dan tidak mati dalam perang. Ia melakukannya karena suatu saat kelak ingin menjadi penguasa Romawi.

Ketika bertemu sang dukun, ia langsung menyampaikan maksud kedatangannya. “Tenang saja,” kata sang dukun memulai nasihatnya. “Ibis redibis numquam peribis in armis,” lanjut si dukun. Mendengar itu, wajah sang jenderal langsung cerah. Ia pulang dengan semangat membara, meloncat-loncat gembira, dan siap memenangi perang. 

Apa yang terjadi dalam perang? Malang nian nasib sang jenderal. Ia kalah perang, tidak menjadi penguasa Romawi, dan (yang paling tragis) ia gugur di medan laga dengan ratusan tusukan tombak, pedang, dan panah di tubuhnya. Keluarga sang jenderal marah besar pada sang dukun. “Engkau pendusta! Engkau berkata kalau suamiku akan memenangi perang dan tidak gugur,” kata istri sang jenderal dengan marah. “Siapa bilang aku berkata begitu” timpal sang dukun tak kalah sengit. “Aku hanya bilang Ibis redibis numquam peribis in armis,” lanjutnya.

Usut punya usut, ternyata sang jenderal salah mengerti. Ia mendengar kata-kata sang dukun sebagai dua kalimat terpisah setelah kata redibis (menjadi Ibis redibis, numquam peribis in armis) dan berarti “Engkau akan pergi, akan kembali, dan tidak gugur di medan perang”. Padahal, sang dukun memaksudkannya Ibis redibis numquam, peribis in armis (tanda koma setelah kata numquam) dan berarti “Engkau akan pergi, tidak akan kembali dan gugur di medan perang.”

Apa yang tersirat dan tersurat dari cerita di atas? Kata-kata ternyata memiliki kekuatan yang dahsyat. Kata-kata bukan hanya serangkaian huruf-huruf, melainkan juga sarat “beban”. Ada muatan di dalamnya. Semua yang menjadi muatan kata-kata harus dapat dipahami secara jelas untuk menemukan makna yang dibawanya. Ilmu komunikasi memiliki prinsip: Words don’t mean, but poeple mean. Muatan kata-kata terletak pada penafsiran masing-masing orang.

Dari cerita di atas, kita bisa mengambil hikmah bahwa kita haris hati-hati dalam berkata-kata maupun dalam menafsirkan kata-kata orang lain. Kata-kata mempunyai kekuatan sangat dahsyat. Kata-kata bisa lebih tajam dari pedang, karena pedang hanya mampu melukai bagian luar kulit seseorang, sedangkan pedang bisa langsung melukai hatinya. Sungguh menarik bahwa dalam bahasa Inggris, kata-kata (words) mempunyai huruf penyusun yang sama dengan pedang (sword), hanya terbalik letak hurus s-nya saja. Pedang hanya mampu melukai satu atau dua orang saja dalam sekali tebas. Akan tetapi, kata-kata dapat memusnahkan ribuan orang dalam sekali ucapan. Bayangkanlah seorang komandan perang yang sedang memimpin pasukannya. Dengan hanya berteriak “Serang!” atau “Tembak!”, ribuan nyawa bisa melayang dalam sekejap, bahkan suatu negeri bisa hancur. So, hati-hatilah dengan kata-kata!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar