Selasa, 11 Agustus 2009

Fenomena EUREKA!

Suatu hari, Archimedes dipanggil oleh Raja Hieron ke istana. Ternyata sang raja sedang murka. Raja curiga mahkota pesanannya tidak terbuat dari emas murni, melainkan dicampur dengan bahan lain yang lebih rendah nilainya. Oleh karena itu, Archimedes, seorang pandai dari Kota Syracus, dipanggil untuk membuktikan kecurigaan raja.

Tentu saja Archimedes bingung bukan kepalang menerima perintah tersebut. Mahkota raja tersebut berbentuk tidak teratur. Padahal pada saat itu bentuk-bentuk geometri yang dikenal baru sebatas lingkaran, segiempat, segitiga, belah ketupat, silinder, balok, kubus, dan bentuk-bentuk sederhana lainnya. Oleh karena itu, Archimedes meminta ijin pada raja agar diperbolehkan untuk melebur mahkota tersebut dan membentuknya kembali menjadi balok atau kubus. Ternyata raja tidak mengijinkan karena mahkota tersebut begitu artistik dan raja tidak mau sampai rusak.

Archimedes kemudian pulang dan berusaha menghitung di rumahnya. Berhari-hari ia tidak menemukan jawaban. Suatu hari, ia bermaksud untuk bersantai dan menuju tempat pemandian para aristokrat di tengah kota Syracus. Tatkala memasukkan tubuhnya ke dalam bak mandi, ia merasa ada sesuatu yang patut diperhatikan. Ia santai saja, sampai tiba-tiba ia berdiri, keluar dari bak mandi, dan berlari-lari telanjang di tengah kota (tanpa mengenakan sehelai benang pun) sambil berteriak-teriak Eureka, Eureka, Eureka! (Saya tahu, Saya tahu, Saya tahu!).

Apa yang terjadi dengannya? Ia tiba-tiba menemukan jawaban masalah mahkota raja. Jawaban tersebut tiba-tiba saja terlintas dalam otaknya. Ia menemukan bahwa volume air yang tumpah saat ia memasukkan tubuhnya ke bak mandi adalah sama dengan volume tubuhnya sendiri. Hal yang sama kemudian ia lakukan pada mahkota raja. Dengan memasukkan mahkota raja ke wadah yang penuh berisi air dan mengukur volume air yang tumpah, ia dapat mengetahui volume mahkota raja. Selanjutnya, ia mengukur massa mahkota raja dan menghitung massa jenisnya. Karena massa jenis mahkota raja tidak sama dengan massa jenis emas murni, tahulah Archimedes kalau kecurigaan raja terbukti.

Fenomena di atas (oleh Isaac Asimov disebut Fenomena Eureka dan oleh Graham Wallas disebut Happy Idea) ternyata tidak hanya dialami oleh Archimedes. J.B. Watson, yang bersama dengan Francis Crick memperoleh hadiah Nobel Kedokteran, ternyata mengalami hal serupa ketika mereka menemukan model Double Helix DNA manusia. Friedrich August Kekule von Stradonist menemukan struktur kimia berbentuk ring pada molekul benzena (1865) ketika sedang dalam keadaan rileks dalam sebuah kereta yang membawanya ke kota Ghent, Belgia.

Masih ada yang lain. Pada tahun 1764, James Watt menemukan model kerja mesin uap ketika sedang berjalan santai pada suatu senin sore. Matematikawan William Rowan Hamilton (1843) merumuskan teori “quaternions” ketika sedang bersantai di pinggiran pantai bersama istrinya. Ahli Fisiologi Otto Loewi menemukan model kerja sel saraf ketika sedang berbaring di tempat tidur. Henry Poncaire, matematikawan yang memperkenalkan fungsi-fungsi Fuchsian dalam geometri, menemukan jawaban atas keingintahuannya justru saat ia minum kopi kental.

Apa yang terjadi pada ilmuwan-ilmuwan di atas, menurut Amabile (1983) adalah sebuah proses kreatif. Proses ini bukan sekali jadi karena ada waktu pengendapan, pemikiran divergen, pengeraman, keseriusan berpikir, dan relaksasi rutin (seperti Archimedes yang mandi atau Ponchaire yang santai sambil minum kopi pahit). Oleh karena itu, kreativitas adalah sebuah keterampilan. Laiknya penari yang handal atau pengukir yang terampil, orang-orang kreatif butuh latihan dan pembiasaan untuk menjadi kreatif. Dengan kata lain, proses kreatif tidak terjadi dari sesuatu yang “nothing”. Proses kreatif berlangsung dari sesuatu yang “already there”. Objek berpikir mungkin sama, tetapi orang kreatif memahami dan menelusurinya dengan cara yang berbeda dari biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar